Pages

Rabu, 06 Agustus 2014

nilai sekolah tak ngaruh dengan Masa Depan.

Sekitar beberapa tahun yang lalu bang Deddy Corbuzier mengadakan seminar di sebuah sekolah ternama, dan hasil seminar tersebut sangat amat mengguncang sekolah tersebut karna setelah seminar banyak guru-guru dan kepala sekolah yang datang ke Deddy Corbuzier, dan mengatakan bahwa yang Deddy katakan tak layak untuk para murid yang mendengarkan pada saat itu, karna Deddy lebih pro kemurid dibandingkan sekolah tersebut. Tetapi saya akan mengatakan lagi ke antum semua, agar antum bisa mengetahui apa yang diseminarkan oleh bang Deddy Corbuzier pada saat itu di sekolah tersebut.

Baik silakan antum simak tulisan ini


Kata “Saya” berarti Deddy Corbuzier *)


Pertama saya akan mengatakan bahwa sekolah itu penting, oke? Jadi bukan mengatakan bahwa anda tidak harus sekolah, jangan anda lari kesana nantinya. Saya akan mengatakan bahwa walaupun sekolah itu penting tapi banyak hal yang salah di dalam sekolah, terutama di Indonesia, mengapa?


Begini saja, anda pasti tau bahwa banyak sekali anak-anak yang jelek nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolah tapi besarnya bisa sukses, sedangkan anak anak yang sukses di sekolah, saya tidak mengatakan bahwa mereka tidak bisa sukses, tapi banyak yang akhirnya kerja menjadi pegawai biasa, kenapa hal itu bisa terjadi? Karna masa depan tidak ditentukan oleh sekolah, kalau anda lihat bahwa, apa sih yang ingin dibentuk oleh sekolah? 

Menurut saya hanya satu, sekolah ingin membentuk anak-anaknya untuk menjadi guru, yaaah. Jadi guru matematika, ingin membuat anak-anaknya menjadi guru matematika, guru sejarah ingin membuat anak-anaknya belajar  menjadi guru sejarah, begitu juga dengan guru-guru lainnya.

Anehnya, kalau kita ambil seorang guru, misalkan guru matematika, lalu kita memberikan dia tes tentang Geografi, saya berani yakin, bahwa guru matematika tersebut tidak bisa menguasai geografi. Atau guru Kimia, kita tes seni rupa, saya yakin Guru kimia tersebut tidak bisa melakukan tes seni rupa atau nilainya jelek. Atau guru seni rupa kita tes olahraga, pasti dia juga tidak bisa olahraga dengan nilai baik.

Lalu mengapa kalau guru-guru tersebut tidak bisa melakukan hal yang lain dengan baik, tapi murid-muridnya dipaksakan untuk mendapatkan semua nilainya baik? Anehkan? Kalau gurunya saja hanya menguasai satu mata pelajaran, mengapa semua murid harus menguasai semua mata pelajaran? Yaaa mungkin untuk dasar katanya, tapi toh ternyata setelah dewasa sang gurupun sadar bahwa dia tidak menggunakan atau memerlukan semua ilmu pelajaran yang diberikan pada saat dia kecil. Ya, tidak? 
Karna pada dasarnya tidak ada manusia yang bisa sempurna dalam segala hal, begitu juga dengan murid-murid. Murid-murid tidak akan bisa menguasai segala hal dengan baik, dan banyak sekali pelajaran-pelajaran yang diberikan tidak akan digunakan ketika anda dewasa contohnya begini, mempelajari peta buta, saya sampai sekarang tidak tahu mengapa saya harus mempelajari peta buta ketika saya kecil, saya tidak menjadi ahli Geografi, saya tidak menjadi tour guide, saya tidak menjadi itu. Lalu buat apa saya dulu belajar itu? Kalau saya ingin menjadi tour guide atau saya ingin menjadi seorang ahli geografi, mungkin saya harus mempelajari hal tersebut. Atau menghafalkan nama-nama Gubernur, menghafalkan nama-nama Walikota, sedangkan Walikota atau Gubernur berganti setiap beberapa tahun sekali. Jadi sangat amat tidak masuk akal, menurut saya, saya tidak tahu pelajaran sekarang masih atau tidak menghafal nama-nama tersebut.

Dulu pada saat saya sekolah, guru akuntan saya mengatakan pada saya, karena nilai akuntan saya jelek. Kalau nilai akuntan kamu jelek Ded, kamu tidak akan jadi orang sukses, oh ya? Ternyata saya bisa sukses, dan saya bisa membayar seorang akuntan untuk bekerja pada saya. Itu adalah fakta.

Sekarang begini sajalah, apa sih yang harus dirubah? Sekolahnya? Mungkin sistemnya. Mengapa tidak sejak kecil ketika anak masuk sekolah SD kita lihat dulu, berapa lama, apa yang dia suka, lalu kita bagi kelasnya. Kalau memang anak ini suka matematika, berikan dia pelajaran matematika lebih banyak, Kalau anak ini suka sejarah, berikan dia pelajaran sejarah lebih banyak, jadi seperti orang kuliah tapi sejak kecil. Jadi sejak kecil anak ini sudah di juruskan ke pelajaran yang dia suka. Bukan dijejalkan semua pelajaran yang dia suka atau tidak suka, harus bisa harus hafal. Ada anak-anak dengan rangking satu yang bisa menghafalkan semuanya tapi begitu dia menjadi dewasa pikirannya telah terkotaki, kreatifitasnya telah buntu, otak kanannya tidak akan jalan. Kenapa? Karna yang di pakai hanya otak kiri, menghafal menghafal dan menghafal. Jadi akhirnya bukan pintar bukan cerdik tapi jago menghafal. Menghafal rumus matematika, menghafal sejarah, menghafal peta buta dan sebagainya. Dan biasanya anak-anak seperti itu pelajaran olahraganya dan pelajaran senirupanya pasti jelek, karena otak kananya tidak akan dipakai.

Anak saya sekolah di sekolah internasional, dan sejak kecil sejak sd anak saya sudah diarahkan kepelajaran mana yang lebih suka dan kelasnya lebih banyak. Jadi kelasnya banyak dan anak ini yang datang ke kelas bukan guru yang datang ke kelas untuk mengajar anaknya. Lalu bagaimana mengubah itu semua? Memang susah karna sekolah pasti tidak akan ingin merubah, butuh tahunan untuk mengubah itu. Saya harap suatu saat bisa. 

Tapi sebelum itu bisa, apabila yang membaca tulisan ini adalah orang tua, dengarkan saya baik-baik, apabila yang membaca tulisan ini adalah anak-anak, minta orang tua anda membaca tulisan ini, sebentar saja. 

Kalau seandainya orangtua mendukung apa anaknya suka dalam mata pelajaran mungkin dia akan menjadi orang yang akan berhasil kedepannya, bagaimana caranya? Begini, pelajaran matematika merah, pelajaran senirupa bagus, kenapa yang harus diles-in dirumah pelajaran matematika? Kenapa memanggil guru matematika untuk memberi les tambahan matematika? Tidak perlukan? kenapa tidak diles-in sesuatu yang memang anak itu suka? Kalau saya, nilai matematikanya jelek senirupanya bagus, saya akan les-in dia senirupa, supaya bakatnya dikembangkan sejak kecil, bukan memaksakan hal yang memang dia tidak suka. Kalau senirupanya jelek sejarahnya bagus, biarkan senirupanya jelek, pelajaran sejarahnya dibantu orangtuanya dirumah, dikembangkan. Memang ada pelajaran-pelajaran yang kalau jelek atau merah anda tidak naik kelas, nah kalau pelajaran seperti itu, dibantu agar supaya dapat nilai dengan nilai secukupnya! tidak perlu sembilan, tidak perlu sepuluh

Ingat! nilai pelajaran anda tidak menentukan masa depan anda! Nilai UAS tidak menentukan masa depan anda! Anda rangking satu dikelas, bukan berarti anda berhasil seorang menjadi manusia kelak ketika anda dewasa. Sama sekali tidak berhubungan, “menurut saya”.  Kuncinya adalah orangtua disini, orangtua harus mendukung apa yang anak suka, kalau ada pelajaran yang jelek ada pelajaran yang baik, dukung pelajaran yang baik. Jangan memaksakan anaknya untuk mempelajari pelajaran yang jelek sampai dia bagus sampai dia nilainya 9 atau 10. Tidak penting. Tidak perlu takut untuk mendapatkan nilai jelek, tidak perlu takut untuk tidak naik kelas, tidak naik kelas bukan berarti masa depan anda hancur, ada loh anak yang bunuh diri hanya karna dia tidak naik kelas. Itu yang hancur masa depanya. Saya pernah tidak naik kelas, masalah? Tidak sama sekali. Orangtua saya marah pada saya? Tidak sama sekali pada saat itu, kebetulan orangtua saya mungkin berpikiran luarbiasa dan modern dan tidak semua orangtua bisa seperti itu. Tapi itu yang saya harapkan dari orangtua sekarang yang ada di Indonesia, memberikan dukungan pada anak-anaknya, tidak memarahi ketika dia pelajaranya jelek, tidak menghakimi ketika tidak semua pelajaran anak itu menjadi semua baik, kita harus mengerti dan mendukung apa yang anak itu suka 

Ingat sekali lagi bahwa masa depan anak tidak tergantung dari pintar tidaknya dia di sekolah, masa depan anak tidak tergantung dari dia naik kelas atau tidak naik kelas, masa depan anda juga tidak tergantung dari nilai raport anda. Masa depan anda sebenarnya tergantung dari  cara anda bersosialisasi dan menambah pengetahuan setiap harinya yang bisa didapat darimana-mana. Dari internet, dari buku, dari majalah, dari cerita, dari pengalaman orang yang anda suka. Saya punya teman yang kecilnya pelajarannya jelek karna dia suka main game dan sekarang dia sekarang memiliki toko game terbesar di Indonesia, kaya raya. Masa depan anda tidak tergantung dengan nilai sekolah anda, masa depan anda ada ditangan anda. Jangan takut untuk mendapatkan merah di sekolah karna kadang merah artinya sukses untuk masa depan.