Ini bukan elegi atau sajak yang
menggambarkan kesedihan, ini juga bukan prosa atau kalimat-kalimat berirama tapi
ini adalah romance puisi yang menggambarkan tentang CINTA sekali lagi CINTA.
Sebelumnya saya mau berbagi cerita,
tentang masalalu saya tuan/nona. Apa salahnya kita mengakui/menceritakan cerita
kita sendiri ke khalayak umum..right?
"Be true to yourself, love yourself,
make your own dreams and the people who truly mean the most, will alway's be
there."
(Jadilah orang yang jujur pada diri sendiri, mencintai diri sendiri, buat mimpi kamu dan orang-orang yang mempunyai arti besar akan selalu bersamamu)
(Jadilah orang yang jujur pada diri sendiri, mencintai diri sendiri, buat mimpi kamu dan orang-orang yang mempunyai arti besar akan selalu bersamamu)
Ok! Saya dilahirkan dikeluarga sederhana
(menurut saya). Saya dilahirkan di Bantul 18 tahun yang lalu. Sejak saya lahir
dan berusia kira-kira beberapa bulan saya diasuh oleh budhe (mbokdhe *jawa*) bukan orang tua saya,
karena orang tua bekerja di kota waktu itu. Setelah usia saya kira-kira 5 tahun
saya berpindah asuh yaitu ke nenek saya dan kakek saya. Hingga saya masuk
dibangku sekolah untuk yang pertama kalinya.
di desa, ketenangan bangun lebih pagi dari
rezeki yang dipatuk ayam. melenggang bebas menebar senyum....
Bidadari 1
Makan, mandi, merawat, dilakukan nenek
saya dengan penuh tulus kasihnya. Hingga saya mulai berseragam merah dan putih,
seragam SD. Waktu itu saya cukup bahagia, karena saya bisa berkumpul seatap
bersama orangtua dan kakak saya di kota, walaupun hanya 2 tahun lamanya.
di kota, kecemasan lalu lalang dengan tergesa. mencari kebahagiaan-kebahagiaan
yang didamba. tapi tiada jua. menyisa sepi, pada akhirnya dan biar kutitip rindu pada semesta. lewat baris sajak sebagai bait
doa sederhana. sebab aku tak pandai berkata banyak.
Di hati mana saja singgah. cinta
menginginkan rebah pada kepastian terarah. Lagi-lagi saya harus kembali seatap
rumah dengan nenek saya. Bermain, belajar, makan, berbaur dengan masyarakat
saya lakukan sendiri dengan sebisaku, walaupun itu bagi kalian adalah hal
pelik. Singkat cerita saya tidak serumah dengan orangtua hingga saya kelas 1
SMK.
Dan maklum kalau saya dulu bukan menjadi
sosok anak yang tidak baik menurut saya. Merokok, bermain hingga tengah malam,
mencuri buah-buah tetangga dll. Sekarang anda baru mengerti, ternyata ada
sebagian seseorang memiliki sepetak sisi gelap di dalam dirinya, tak ada yang
bisa meneranginya... tak ada yang bisa menarik dia keluar, bahkan dirinya. Tapi
Inshaa Allah dengan tulus qalbuku, sekarang saya akan berusaha sebisaku untuk
menjadi sebaik-baiknya seorang anak.
Baik sekarang ijinkan saya bercerita
mengenai kehidupan yang mungkin terjadi bahkan sudah terjadi kepada kita.
Silakan tuan/nona cari tempat yang sepi, tempat aram-temaram. Dan mungkin anda
butuh sapu tangan sebagai penyeka air mata yang keluar saat pikiran anda
otomatis mengulang kenangan.
Baik sebelum melanjutkan membaca, ada beberapa syarat sebelum tuan/nona membaca. yaitu bacalah dengan pelan, lirih, dan penuh perenungan....baik saya ucapkan banyak terimakasih bila anda mematuhi peraturan tersebut. selamat membaca :D
Sekarang coba bayangkan
Sekarang coba bayangkan
Saat kita berusia satu tahun orangtua
memandikan dan merawat kita, sebagai balasannya kita malah menangis ditengah malam,
tanpa henti bahkan membuat orangtua kita kelelahan.
Saat kita berusia dua tahun orangtua mengajak kita berjalan sebagai balasannya kita malah kabur saat orangtua memanggil kita.
Saat kita berusia tiga tahun orangtua memasakan makanan kesukaan kita sebagai balasannya kita malah menumpahkannya.
Saat kita berusia empat tahun orangtua memberikan kita pensil bewarna sebagai balasannya kita malah mencoret-coret dinding dengan pensil berikut.
Saat kita berusia lima tahun orangtua membelikan kita baju yang bagus-bagus sebagai balasan kita malah mengotorinya dengan bermain main.
Saat kita berusia 10 tahun orangtua membayar uang-uang sekolah dan uang SPP kita sebagai balasan kita malah malas-malasan bahkan bolos di sekolah.
Saat kita berusia 11 tahun orangtua mengantar kita kemana-mana sebagai balasan kita malah tidak mengucapkan salam ketika keluar rumah.
Saat kita berusia 12 tahun, orangtua mengizinkan kita bermain keluar rumah bersama teman-teman kita, sebagai balasan kita malah membiarkan orangtua duduk dengan sabar menunggu kita berpisah dengan kita bersama teman-teman kita.
Saat kita berusia 13 tahun orangtua membayar biaya kemah, biaya pramuka dan biaya liburan kita, sebagai balasan kita malah tidak memberinya kabar ketika kita berada diluar rumah.
Saat kita berusia 14 tahun orangtua berangkat kerja dan ingiiin memeluk kita, sebagai balasan kita malah menolak dan mengeluh “Papah Mamah, aku sudah besar”
Saat kita berusia 17 tahun orangtua sedang menunggu telepon penting sementara kita malah asik menelpon teman-teman atau bahkan dengan pacar kita yang sama sekali tidak penting.
Maaf tuan/nona saya potong dulu
kelanjutannya, saya mau tanya... berapa kali anda bertemu dengan pacar anda/teman
anda? Berapa kali anda membelikan kado spesial kepada pacar/teman anda? Berapa kali
anda mengantarkan teman anda atau pacar anda ke suatu tempat hingga anda rela
kehujanan, kepanasan demi teman/pacar anda? Lantas saat orangtua kita ulang tahun
berapa kado termahal terindah yg sudah anda berikan? Anda pernah mengantar
orangtua sekedar berbelanja kepasar? Berapa ribu alasan yang pernah anda
ucapkan saat orangtua menyuruh kita melakukan sesuatu?
Baik saya lanjutkan....
Saat kita berusia 18 tahun orangtua menangis
terharu ketika kita lulus SMK, sebagai balasan kita malah berpesta tak karuan.
Saat kita berusia 19 tahun orangtua membayar biaya kuliah dan mengantar kita ke kampus, sebagai balasan kita malah meminta mereka berhenti jauh-jauh dari gerbang kampus dan menghardik “ papa mama, aku malu...aku kan sudah besar”
Saat kita berusia 22 tahun orangtua memeluk kita dengan haru ketika kita di wisuda sebagai balasan kita malah bertanya kepada mereka “ papa mama, mana hadiahnya? Katanya mau membelikan aku ini dan itu”
Saat kita berusia 23 tahun orangtua membelikan kita sebuah barang yang kita idam-idamkan sebagai balasan kita malah mencela “ duuh, kalau kau beli apa-apa bilang dong, aku kan tidak suka model begini”
Saat kita berusia 25 tahun orangtua membantu membiayai biaya pernikahan kita sebagai balasan kita malah pindah keluar kota dan mengunjungi mereka sekali dalam setahun.
Saat kita berusia 30 tahun orangtua memberitahu kepada kita bagaimana cara merawat bayi sebagai balasan kita malah berkendak “ papa mama zaman sekarang sudah beda, gak perlu lagi cara-cara seperti dulu".
Saat kita berusia 40 tahun orangtua sakit-sakitan dan membutuhkan perawatan sebagai balasan kita malah beralasan “papa mama aku sudah berkeluarga, aku punya tanggung jawab terhadap keluargaku”
Dan entah kata-kata apa lagi yang akan
kita ucapkan kepada orangtua, bukan mustahil itulah yang menyumbat rezeki dan
kebahagiaan kita selama ini. Maafkanlah
aku Ayah Ibuku, yang belum berhasil melukis senyum untukmu...
Terimakasih......
- IphhoRight -
Terimakasih......
- IphhoRight -
Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga. Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu mereka meninggalkan kewajiban ini.
Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.
Seperti tersurat dalam surat al-Israa’ ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa’ : 23-24]
Read more https://almanhaj.or.id/989-menggapai-ridha-allah-dengan-berbakti-kepada-orang-tua.html